Akulturasi Bangunan Gereja Katolik Manggarai dan Seni Arsitektur Eropa


PENDAHULUAN
Manggarai merupakan suatu daerah yang terletak di ujung barat pulau Flores, provinsi Nusa Tenggara Timur. Manggarai mem berbagai macam karakteristik kebudayaan yang masing-masing memiliki keunikan tersendiri. Tanah Manggarai terletak di provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang terbagi menjadi tiga (3) kabupaten besar, yaitu kabupaten Manggarai Barat, Manggarai, dan Manggarai Timur. Mayoritas penduduk Manggarai dari ketiga kabupaten ini beragama katolik (Roma). Sejarah katolik di Manggarai diawali  dengan kedatangan misionaris Jesuit (Perancis) pada tahun 1910 - 1911. Pembaptisan perdana umat Manggarai oleh Pater Henrikus Looijmans SJ di Reo pada tanggal 17 mei 1912 sebanyak 6 orang mengawali “penanaman” benih iman katolik di Manggarai. Setelah pembabtisan di Reo, para misisonaris Jesuit tidak melanjutkan karya misinya di Manggarai. Serikat Sabda Allah (SVD-Belanda) meneruskan karya misi itu, tepatnya dimulai pada tahun 1914 (wikipedia).
Berbagai macam cara dilakukan para msionaris ini untuk menyebarkan agama katolik (Roma) termasuk dengan cara perdagangan dan penelitian tentang sejarah histografi Manggarai. 
Kedatangan misionaris Eropa (Belanda, Perancis, Jerman) ke Manggarai membawa banyak pengaruh baik dalam hal penyebaran agama, pendidikan, infrastruktur maupun pengaruh pada bangunan-bangunan lokal termasuk gereja. Seperti apakah pengaruh kedatangan misionaris Eropa terhadap bangunan Gereja Katolik di Manggarai?

 PEMBAHASAN
Gereja umat Katolik di Manggarai umumnya terletak pada wilayah rohani (Paroki) masing-masing. Terdapat 76 Paroki yang tersebar di tiga (3) wilayah Manggarai (Keuskupan Ruteng). 
Salah satu gereja tertua di Manggarai, Nusa Tenggara Timur adalah Gereja Santa Theresia Lengko Ajang yang dibangun pada tahun 1927-1931 oleh misionaris asal Jerman yaitu Alm. P. Wilhelmus Jansen, SVD. Gereja ini berbentuk neo gothic tradisional. Neo gothic itu sendiri merupakan salah satu seni arsitektur Eropa dengan ciri konstruksi atap yang cukup tinggi dan runcing dengan apsis setengah lingkaran, apsis bertudung di jendela dan pintu mulai dibentuk sehingga mempunyai kuncup seperti bawang. Ciri lain adalah tidak adanya ukiran dan patung yang rumit.
Gereja Lengko Ajang memiliki lima buah candi dan masing-masing terdapat salib di atasnya. Konstruksi kayu penopang atap pada atap candi utama menyerupai bentuk konstruksi pada rumah adat Manggarai (Mbaru Gendang) yang berbentuk sarang laba-laba atau disebut lodok lingko (model pembagian lahan secara tradisional Manggarai). Bangunan Gereja Lengko Ajang menunjukkan adanya pengaruh Misionaris Eropa yang berujung pada perpaduan budaya Manggarai dan seni arsitektur Eropa.
 
Gereja St. Theresia (Lengko Ajang)

Gereja lainnya di Manggarai yang kental dengan seni arsitektur Eropa adalah Gereja Katedral (baru) Ruteng (mulai dibangun pada tahun 1996). Gereja ini dibangun dengan seni arsitektur Eropa yang disebut romanesque. Ciri yang paling menonjol dari romanesque adalah bangunan yang dilengkapi dengan menara tinggi, ruang dalam besar bahkan mampu menampung seribu orang, dan  dindingnya dipenuhi ukiran dari cerita-cerita Alkitab untuk mendidik jemaat.
 
Sumber: Facebook Gereja Katedral Ruteng
Bagian dalam Gereja Katedral Baru (Ruteng)

Gaya romanesque lebih menekankan aspek teologis di bagian eksterior dan inilah yang nampak dari Gereja Katedral Ruteng, yaitu beberapa ukiran pada dinding luar dan dalam gereja yang menggambarkan beberapa cerita dari Alkitab. Di samping itu, para misionaris tersebut sama sekali tidak menghilangkan budaya Manggarai dalam pembangunan gereja tersebut seperti corak budaya altar yang dibangun mengikuti corak kain songke (kain khas Manggarai) dengan motif budaya sebagai ruang tersendri dalam pembangunan gereja, selain itu gereja ini juga memiliki ruang yang sangat besar dan patung-patung yang berdiri megah.
 
Sumber: Facebook Gereja Katedral Ruteng
Bagian luar Gereja Katedral Baru (Ruteng)


I. PENUTUP 
Corak bangunan Gereja Katolik di Manggarai tidak terlepas dari campur tangan para misionarisnya yang membangun arsitektur gereja dengan dua campuran kebudayaan yaitu arsitektur Eropa sebagai asal-muasal lahirnya agama dan budaya Manggarai sebagai tempat dibangunnya Gereja Katolik tersebut. Kedatangan misionaris Eropa ke Manggarai membawa pengaruh yang sangat besar termasuk dalam hal pembangunan gereja yang banyak dibangun berdasarkan seni arsitektur Eropa, namun demikian para misionaris tidak mengabaikan nilai-nilai budaya Manggarai sebagai rahim ibu lahirnya keberagaman budaya.

II. REFERENSI
Wikipedia. Arsitektur Gereja. https://id.wikipedia.org/wiki/Arsitektur_Gereja. (Online). Desember 2018.

Wikipedia. Kesuskupan Ruteng. https://id.wikipedia.org/wiki/Keuskupan_Ruteng. (Online). Desember 2018

WisataNTT. Gereja Lengko Ajang. http://www.wisata.nttprov.go.id/index.php/2014-01-20-04-43-22/2014-01-20-07-39-48/manggarai-timur/328-gereja-lengko-ajang. (Online). Desember 2018.
Yubileum GKM. Satu Abad Gereja Katolik Manggarai. http://yubileum-gkm.blogspot.com/p/sejarah.html. (Online). Desember 2018.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dodo;Seni Berkebun Orang Manggarai

SMAN 1 Borong Menggema dalam Rajutan "Sumpah Pemuda"

LINGKO LODOK; Perjalanan Singkat, Sejarah, dan Nilai di Dalamnya