Dodo;Seni Berkebun Orang Manggarai
Tradisi dan masyarakat adalah suatu
ikatan yang tidak bisa dipisahkan. Beragam tradisi telah membentuk pola hidup
bagi sekelompok orang. Begitu juga dengan orang Manggarai sebagai pelaku
tradisi. Identitas yang dimiliki orang Manggarai telah berhasi dibentuk
berdasarkan pola prilaku, kebiasaan yang diwariskan leluhur. adat isitiadat
sebagai penanda tradisi berperan sebagai penciptaan konstansi dalam perjalanan
waktu, yang menghubungkan masa lalu dengan masa depan masyarakat pewarisnya
dengan realitas sosial yang lebih luas.
Dodo adalah salah satu tradisi orang Manggarai yang mulai dilupakan. Secara etimologis, dodo berasal dari kata do yang berarti banyak sedangkan kata dodo merupakan bentuk pengulangan utuh dari kata do yang memiliki makna lebih luas. Dalam kajian linguistik disebut juga reduplikasi penuh yang merupakan bentuk pengulangan utuh dari kata dasar hingga menciptakan makna lebih atau banyak. Tetapi karena kata do memiliki arti banyak maka, dodo memiliki makna yang lebih universal. Misalnya dari makna banyak yang dimiliki kata do sedikit berubah menjadi bekerja sama, karena melakukan pekerjaan secara bersama harus dilakukan oleh orang dalam jumlah yang banyak.
Sedangkan berdasarkan prespektif sejarah Manggarai kata dodo diartikan sebagai pekerjaan yang
dilakukan secara bergantian dengan semangat gotong royong. Biasanya dalam
tradisi ini orang Manggarai membentuk suatu kelompok yang dikhuskan untuk
bekerja. Misalnya hari ini anggota kelompok dodo
bekerja dikebun Ende Tina, apa bila
selesai maka setelah itu mereka berpindah di kebun Ende Vero. Konsep seperti itu selalu dipertahankan dan menjadi
suatu landasan sosial bagi orang Manggarai sebagai pemaknaan hidup berdampingan
secara utuh.
Ende Keris sebagai salah satu informan yang terus mengikuti perkembangan tradisi dodo menyebutkan, “eme hang ikan diha one uma ca, nenggitu keta taung one uma data iwon. Nenggitu kole kopi, eme kopi mecik diha one uma teke olon, nenggitu keta taung one uma data iwon” ( jika di kebun orang pertama makan ikan, begitu juga di kebun pemilik yang lain. Begitu juga kopi, kalau di kebun orang pertama minum kopi manis, maka di kebun pemilik yang lain juga harus minum kopi manis). Di Desa Golo Mendo Kecamatan Wae Ri,I Kabupaten Manggarai dodo memiliki arti yang sangat mendalam, Selain sebagai pekerjaan yang dilakukan secara bersama, dodo dapat menjadikan pribadi orang Manggarai dalam menempatkan diri sebagai kelompok dalam kelas sosial yang sama.
Ende
Keris menambahkan “landing eme puung dodo
nana harus leko lite poli hitu” ungkapan ini berarti, ketika kita memulai
pekerjaan atau memutuskan untuk gabung ke dalam kelompok dodo, maka kita harus membayar dengan cara mengikuti dodo sampai semua kebun anggota dodo telah selesai dikerjakan. Dalam
konteks seperti ini saya menyimpulkan, eratnya hubungan antara orang Manggarai
yang tergabung ke dalam kelompok dodo
inilah yang menjadikan mereka sebagai wa,u
(keluarga) bukan hanya hubungan yang terbentuk saat melaksanakan seni berkebun,
tetapi dalam keperluan dan kepentingan yang lain.
Kakak Irwan salah satu orang muda
yang cukup menyelam jauh tentang peristiwa budaya menjelaskan “eme sili damin dodo hitu leles, yang
saya pahami tentang dodo selama ini,
bukan hanya tentang aktivitas di dalam kebun atau sawah. Melainkan dalam banyak
hal misalnya acara wuat wa,I (bekal
sebelum melakukan perjalanan jauh) dan kumpul
kope ( kumpul dana persiapan
perkawinan)”. Dari ungkapan yang disampaikan kakak Irwan kita bisa melihat
secara sosial energi positif yang dihasilkan dari kebiasaan nenek moyang kita
yaitu dodo, yang secara historis
hanya sebagai pekerjaan yang dilakukan secara bergantian, telah menjadi suatu
kesatuan dalam kehidupan bermasyarakat orang Manggarai. Ini yang perlu kita
jaga nilai sosial dan energi positif yang terus membekas tentang dodo.
Pesan yang disampaikan secara eksplisit oleh nenek moyang kita tentang tradisi dodo yang mereka ciptakan dan diturunkan lewat perjalanan waktu juga pristiwa adalah, suatu ketulusan yang besar. Seperti benang merah yang saya dapatkan dari tradisi dodo ini adalah tentang kehidupan sosiial. Bagaimana para leluhur dahulu harus menggarap lingko yang besar dengan keterbatasan alat dan bahan dan mengerjekannya sendiri. Itu yang menyadarkan mereka bahwa orang Manggarai adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri dan mulai dengan membentuk kelompok dalam seni berkebun.
Akhir jumpa saya mengucapkan Terima
kasih untuk semua pecinta tradisi Manggarai yang tidak pernah berhenti untuk merawat
dan menjaga khazanah budaya Manggarai. Salam
Tetap melestarikan budaya Manggarai dengan menulis kakak. Semoga menjadi rantai dan motivasi untuk kami agar bisa menulis juga 🙏👍
BalasHapusTerima kasih kk. Sukses juga buat ite. 🙏
BalasHapus